“Saudara-saudara sekalian yang terhormat,” kata menteri yang katanya sering puasa Senin-Kamis itu memulai sambutan.
“Meskipun Bapak-bapak Kiai yang ada di sini tahajud siang-malam, belum tentu lebih mulia dari seorang yang mengerti teknologi,” lanjutnya berapi-api.
Mendengar sambutan itu banyak dari kiai yang tersinggung, tapi nggak mungkin langsung mendebatnya. Menit berikutnya, para kiai satu demi satu meninggalkan ruangan. Para santri beranggapan bahwa para kiai mungkin tersinggung karena pak menteri melecehkan keberadaan mereka di mata para santrinya. Tapi, ternyata bukan. Di luar ruangan, seorang kiai berkomentar tentang sambutan sang menteri, “Mana ada tahajud siang-malam.”
Apa jadinya jika seorang jebolan pesantren menuliskan pengalaman hidupnya sebagai santri dengan sudut pandang humor?
Dear publishers and self-publisher, kindly be informed that Book Capital & E-Sentral are now using the same publisher panel for your convenience in uploading and updating your eBook content.
If you wish to proceed to log in/ sign up, click Yes. Otherwise, kindly click the X icon to close.